Minggu, 29 September 2013

Ketika Sudah Bukan Siapa-siapa



Tuhan,
Kenapa masih saja rasa ini menyayanginya? Kenapa rasa ini masih saja selalu bertanya tentangnya? Kenapa rasa ini selalu saja merindukannya? Dan masih saja ingin bersamanya? Bukankah dia sudah beralih, si bodoh itu sudah menyakitiku, meninggalkanku, bahkan mengingkari semua perkataannya. Tapi aku berhak apa atasnya? Aku bukan siapa-siapanya lagi.

Tuhan,
Kenapa semakin aku memaksakan perasaan ini untuk hilang, semakin hati ini merasa teriris. Sakit, perih atau ntahlah aku tak mengerti apa namanya tapi rasanya aku selalu ingin meneteskan air mata. Kepalaku terlalu sakit untuk meredam semuanya. Dan aku akan kembali jatuh sakit setelahnya. Aku belum bisa ikhlas mengetahui dia pergi. Aku belum bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak berhak atasnya, dan aku bukan siapa-siapanya lagi.

Tuhan,
Awalnya aku yakin bahwa aku cukup pintar untuk melupakan rasa pada seseorang yang telah begitu bodoh menyakiti aku. Tapi, aku tak sepintar itu. Aku memang tidak bisa memaafkan seseorang yang telah mengkhianati perasaanku, amat sangat. Tapi, aku sendiri tidak bisa berbohong bahwa rasa sayang itu masih ada, tersimpan dengan baik dihati kecil. Tapi, aku tidak berhak lagi, aku bukan siapa-siapanya lagi.

Tuhan,
Kenapa harus perempuan itu lagi yang mengisi kekosongan dia? Kenapa mereka berdua menelan ludahnya sendiri? Kenapa mereka harus single dalam waktu yang berdekatan? Kenapa perempuan itu tak cukup tahu diri bahwa secara tidak langsung dia menyakiti perasaan seorang teman yang dulu berusaha menjaga hubungan pertemanannya? Kenapa kalian berdua harus berbuat sebodoh ini? Menyakiti banyak perasaan. Tapi, aku tidak berhak berkomentar, aku bukan siapa-siapanya lagi.

Tuhan,
Aku lelah jika harus selalu sakit melihat dia seperti ini. Aku ingin mengakhiri perasaanku padanya. Pada dia yang tidak mencintai-Mu. Ambilah perasaanku Tuhan. Jangan biarkan aku berlarut dalam situasi yang merugikan ini. Jauhkan aku dari sosoknya agar aku bisa semakin terbiasa tanpanya. Aku bukan siapa-siapanya lagi. Sampai kapanpun mungkin.

Tuhan,
Mungkin aku hanyalah remaja labil yang berlebihan menanggapi fitrah-Mu. Namun, Aku percaya bahwa Engkau akan memberikan yang terbaik jika waktunya tepat. Aku tidak akan menyalahkan takdirku yang harus bertemu dengan dia. Tapi Tuhan, bolehkah aku meminta kesabaran yang cukup, keikhlasan yang terdalam, kelapangan yang sebenarnya untuk merelakan dia bersama yang lain-siapapun-itu. Aku tidak ingin tersiksa karena hal bodoh ini berkali-kali. Aku bukan siapa-siapanya lagi.

Aku tidak ingin mengulangi rasa sakit yang sama.
Aku tidak ingin mengluangi kebodohan yang sama.
Aku tidak ingin menjadi siapa-siapanya lagi, jika itu hanya membuatku menangis.
Sadarkan aku Tuhan, lindungi hati ini. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar