Tuhan,
Kenapa masih saja rasa ini menyayanginya?
Kenapa rasa ini masih saja selalu bertanya tentangnya? Kenapa rasa ini selalu
saja merindukannya? Dan masih saja ingin bersamanya? Bukankah dia sudah
beralih, si bodoh itu sudah menyakitiku, meninggalkanku, bahkan mengingkari
semua perkataannya. Tapi aku berhak apa atasnya? Aku bukan siapa-siapanya lagi.
Tuhan,
Kenapa semakin aku memaksakan perasaan ini
untuk hilang, semakin hati ini merasa teriris. Sakit, perih atau ntahlah aku
tak mengerti apa namanya tapi rasanya aku selalu ingin meneteskan air mata.
Kepalaku terlalu sakit untuk meredam semuanya. Dan aku akan kembali jatuh sakit
setelahnya. Aku belum bisa ikhlas mengetahui dia pergi. Aku belum bisa menerima
kenyataan bahwa aku tidak berhak atasnya, dan aku bukan siapa-siapanya lagi.
Tuhan,
Awalnya aku yakin bahwa aku cukup pintar untuk
melupakan rasa pada seseorang yang telah begitu bodoh menyakiti aku. Tapi, aku tak
sepintar itu. Aku memang tidak bisa memaafkan seseorang yang telah mengkhianati
perasaanku, amat sangat. Tapi, aku sendiri tidak bisa berbohong bahwa rasa sayang
itu masih ada, tersimpan dengan baik dihati kecil. Tapi, aku tidak berhak lagi,
aku bukan siapa-siapanya lagi.
Tuhan,
Kenapa harus perempuan itu lagi yang mengisi
kekosongan dia? Kenapa mereka berdua menelan ludahnya sendiri? Kenapa mereka
harus single dalam waktu yang berdekatan? Kenapa perempuan itu tak cukup tahu
diri bahwa secara tidak langsung dia menyakiti perasaan seorang teman yang dulu
berusaha menjaga hubungan pertemanannya? Kenapa kalian berdua harus berbuat
sebodoh ini? Menyakiti banyak perasaan. Tapi, aku tidak berhak berkomentar, aku
bukan siapa-siapanya lagi.
Tuhan,
Aku lelah jika harus selalu sakit melihat dia
seperti ini. Aku ingin mengakhiri perasaanku padanya. Pada dia yang tidak
mencintai-Mu. Ambilah perasaanku Tuhan. Jangan biarkan aku berlarut dalam
situasi yang merugikan ini. Jauhkan aku dari sosoknya agar aku bisa semakin
terbiasa tanpanya. Aku bukan siapa-siapanya lagi. Sampai kapanpun mungkin.
Tuhan,
Mungkin aku hanyalah remaja labil yang berlebihan
menanggapi fitrah-Mu. Namun, Aku percaya bahwa Engkau akan memberikan yang
terbaik jika waktunya tepat. Aku tidak akan menyalahkan takdirku yang harus
bertemu dengan dia. Tapi Tuhan, bolehkah aku meminta kesabaran yang cukup,
keikhlasan yang terdalam, kelapangan yang sebenarnya untuk merelakan dia
bersama yang lain-siapapun-itu. Aku tidak ingin tersiksa karena hal bodoh ini
berkali-kali. Aku bukan siapa-siapanya lagi.
Aku tidak ingin mengulangi rasa sakit yang
sama.
Aku tidak ingin mengluangi kebodohan yang sama.
Aku tidak ingin menjadi siapa-siapanya lagi,
jika itu hanya membuatku menangis.
Sadarkan aku Tuhan, lindungi hati ini. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar