Senin, 22 Agustus 2011

Kepergian Mu

“Icaa” teriak Syifa sambil jalan menuju pintu kelas.
“Apaasih nyeeh? Ribut banget?!” balas Ica sambil menghampiri Syifa.

Syifa dan Ica adalah sepasang sahabat sejak mereka dipertemukan di SDN Ciputat Jakarta dan sekarang mereka duduk di bangku kelas 2 SMA Global Bangsa di kelas XI IPA 1. Mereka sangat kompak dalam segala hal, bahkan bisa dibilang kalau mereka itu adalah anak ‘kembar tapi beda’ hihihi~.

“Caa, pulangnya anter aku yuk!” pinta Syifa
“Kemana?” Tanya Ica
“Ke Taman Anggrek 2”
“Mau ngapain lagi? Kemarinkan udah jalan-jalan ke Serpong” jawab Ica dengan malas
“Mauu..mauu..mauu..ketemu sama Adjia, hehehe” jawab Syifa malu-malu
“ Yah elu, sendiri aja kenapa? Masa mau pacaran bawa-bawa orang lain?”
“Iih ayolah please, ‘ntar aku kenalin sama captain basket SMA Putra Idolah deh” bujuk Syifa
“Hah? Siapa?” Tanya Ica polos
“Aah pura-pura gatau deh. Aghi temennya Adjia itulooh!ya ya ya mau yaa?” paksa Syifa
“Mm, iya deh tapi jangan terlalu sore ya Syif!” jawab Ica dengan wajah memerah merona.

Akhirnya sepulang sekolah Ica dan Syifa menaiki angkutan umum yang menuju kearah Taman Anggrek 2 di bilangan Kawaraci. Taman Anggrek 2 adalah sebuah lokasi taman yang cukup besar memiliki lapangan multifungsi yang biasanya lapangan tersebut dijadikan tempat latihan ringan oleh anak-anak tim basket dari sekolahnya Aghi dan Adjia, SMA Putra Idola, sekolah khusus cowok yang banyak peminatnya terutama mereka yang hidupnya kelas menengah ke atas. Ketika mereka berdua sampai di TA2 itu, berderet letter B yang tertera pada plat nomor semua motor-motor mewah dan mobil-mobil elit. “Syif, Ninja merah Syif itu Syif Ninja! Aah yang punya pasti keren!” ucap Ica sambil terkagum-kagum melihat motor Ninja Merah berplat nomor B 2860 HC. Sejak kecil Ica memang maniak motor Ninja! Ckckck.

“Ya jelas kerenlah! Kan yang punya Aghi!” sahut seorang cowok tinggi yang memakai
kaos basket SMA Putra Idola, dia Adjia Fahri Prasetio pacarnya Syifa .
“Ih apaan sih kamu ngikut-ngikut banget jadi orang! Baru dateng juga udah nimbrung”
bentak Ica
“Eh mba galak amat sih jadi orang. Udah ah kamu tunggu sini aja, ntar juga si Aghi
dateng ko.” Jawab Adjia
“Hah? Aghi? Ya ampun beneran?! Terus, kalian mau kemana? Disini aja donk temenin
aku” rengek Ica
“Kita mau makan dulu Ca, nanti juga ada Aghi. kamu makan aja sama dia. Jangan dulu
pulang sebelum aku balik kesini ya Ca!” jelas Syifa

Akhirnya dengan pasrah Ica duduk di sebuah bangku di Taman Anggrek 2. Letak bangku tersebut sangat strategis untuk dipakai beristirahat karena bangku tersebut berada tepat dibawah pohon yang rimbun. Suasananya sangat sejuk dengan angin sepoi-sepoi yang menerjang silih berganti. Namun tiba-tiba ada seorang cowok berkaus basket menyentuh pundak Ica dari belakang. Icapun terbangun dari lamunannya ketika ia menaiki motor Ninja merah milik Aghi.

“Eh maaf ganggu, kamu Ica temennya Adjia bukan?” Tanya cowok tersebut dengan
ramah dan sopan
“Aa… i..iya iya aku Ica temennya Adjia. Kamu siapa?” jawab Ica dengan terbata-bata.
Ica sangat shock melihat cowok se-keren itu jarang-jarang lagi disapa cowok tinggi,
putih, ramah yang punya senyum seindah berlian dan mata sebening embun. Ooh God,
ini adalah mahklukMu yang paling indah yang pernah aku temui. Mahkluk sebagus ini
jarang banget di muka bumi. Kereeen banget!!
Batin Ica.
“Kenalin aku Al-Maraghi Putra Agemdi, panggil aja Aghi. Temennya Adjia” jelas
cowok yang ternyata Aghi itu dengan calm dan keren karena keringatnya yang menetes
dari kepala dan juga desah nafasnya yang belum begitu beraturan. Ia baru selesai latihan
basket.
“Oh iya salam kenal Aghi. Baru selesai latihan basket ya? keringatnya masih netes
netes tuh, nafasnya juga belum beraturan sini istirahat dulu” pinta Ica dengan lembut.

Aghipun menuruti perkataan Ica. Aghi duduk disebelah Ica sambil menyandarkan kepalanya ke ujung bangku, Ica memberikan sebotol air mineral dan sapu tangan kepada Aghi. Aghi menerimanya dengan sebuah senyuman yang amat sangat indah, membuat hati Ica melayang-layang entah kemana deh. Mereka mengobrol ngalor-ngidul tentang banyak hal, bertukar nomor Handphone, menceritakan kisah-kisah menarik dan lalu mereka memutuskan untuk makan siang bersama di Lippo Karawaci, mengendarai motor Ninja merah milik Aghi. Dalam hati Ica berkata ooh Tuhan betapa indahnya hari ini bagiku, Aghi yang keren, motor ninja yang keren, dan jalan-jalan yang membuat semuanya tambah keren. Terimakasih Tuhan.. Akhirnya sekarang mereka terdiam kembali di Taman Anggrek 2 menunggu Adjia dan Syifa yang sudah pergi selama 4 jam namun belum juga kembali. Setelah beberapa lama menunggu Adjia dan Syifa kembali bersama sebuah boneka kodok ‘Keropi’ warna hijau yang cukup besar.

“Gila lo Ya! masa pergi Cuma 4 jam lebih balik-balik bawa anak. Hahahaha” ejek Aghi
dengan tawanya yang terbahak-bahak.
“Ebuset dah ni anak satu. Ganteng-ganteng gak waras iih. Udah ah diem lo calung. Syif,
kamu pulang gih sama Ica, udah terlalu sore nih nanti kamu kecapekan lagi” tutur
Adjia.
“Asal kamu tahu aja ya aku udah nunggu kalian berdua disini lebih dari 1 jam, kemana
aja sih? Ayoo pulang Syif!!” pekik Ica dengan matanya yang melirik ke arah Adjia dan
Syifa secara bergantian, lalu menarik tangan Syifa.
“Hehe maaf deh Ca, tadi kita main ke Mall Serpong Indah. Yaudah deh yuk pulang.
Duluan ya Ya, Ghi” ucap Syifa sambil tersenyum dan meninggalkan Aghi bersama
Adjia di bangku Taman Anggrek 2.

Keesokan harinya di sekolah, Ica menceritakan apa yang kemarin terjadi saat ia bersama Aghi. Ica sangat membanggakan peristiwa itu, takkan terganti deh pokoknya di hati Ica apalagi dibonceng naik motor Ninjanya haduuh heboh banget deh Ica. Ketika Ica sedang menceritakan semuanya, tiba-tiba sang guru Seni Budaya masuk ke dalam kelas dengan wajah yang sudah ditekuk-tekuk sebelumnya. “ih wajahmu Pak, biasa aja kali” dumel Ica dengan pelan. Namun ternyata, guru tersebut mendengar apa yang diucapkan Ica. Alhasil Ica dihukum diluar kelas karena udah ngata-ngatain guru Seni Budaya tersebut dengan seenaknya. Hmm daripada bosen mendingan aku keliling sekolah aja deh pikir Ica. Iapun berjalan menyusuri tiap-tiap koridor sekolah tanpa jelas arah dan tujuan. Taman belakang, kantin, perpustakaan, ruang musik, aula, ruang olahraga indoor ia tatap dengan wajah bosan lalu akhirnya ia berhenti dilapangan olahraga yang terdapat anak-anak kelas XII sedang berolahraga bulu tangkis, ia duduk di pinggir koridor. Seseorang ditatapnya dengan serius, wajah Ica tersenyum takjub melihat kelincahan seorang remaja laki-laki bermain bulu tangkis. Satu hal yang membuyarkan lamunan Ica, tanpa disadarinya laki-laki itupun menatap Ica juga. Pastinya mereka bertatap muka donk, wajah Ica langsung memerah karena malu dan iapun pergi lagi menuju koridor kelasnya ia takut ketika guru Seni Budaya itu keluar, tetapi Ica tidak ada ditempat dan dihukum lagi deh.

Untungnya sepuluh menit sebelum guru Seni Budaya itu keluar Ica sudah ada di depan kelasnya. “Ica bapak tidak ingin mendengar perkataanmu yang tadi lagi. Kali ini ucapanmu bapak maafkan untuk kedepannya mungkin kamu bisa dapat hukuman yang lebih berat. Materi yang tadi bapak terangkan dan tugas-tugas silahkan kamu catat dari teman-teman kamu” papar sang guru Seni Budaya dengan wajahnya semakin ditekuk-tekuk. Ih guru satu ini apa maunya sih? Dumel Ica lagi pada sang guru. Ica masuk ke kelas dengan muka suram dan menundukan kepalanya layak orang depresi.

“Hei cantikk! Kenapa? Kok suram gituu cin?” Tanya Ardiansyah temen Ica yang agak
agak rempong hihihi.
“Biasalah, habis dapet hadiah nonton dari Pa Eka. Hahahaha” Ejek Syifa
“Emang suram kali Ar. Pa Eka tuh ribet banget yah orangnya Cuma dumel dikit juga
gak ikut satu jam pelajaran dia!!” keluh Ica sambil menghembuskan nafas yang berat
“Haha sabar deh ciin. Emang gitu orangnya kali dari awal juga. Udah yu ah cin kita ke
ruang musik!” ajak Ardi dengan gayanya yang khas, rempong sambil menarik tangan
Ica dan Syifa.

Dengan malas Ica mengikuti langkah teman-temannya di koridor menuju ruang musik yang sebelumnya ia lewati saat mondar-mandir gak jelas. Tiba-tiba “blugg …..”

“Aaa Icaa!!” teriak semua teman-temannya.
“Cepat gotong ke ruang UKS cepat obatin!” kata sang Ketua Murid, Ihsan dengan sigap. Teman-teman Ica langsung panik melihat Ica yang tiba-tiba pingsan dengan darah yang keluar dari hidungnya seketika itu wajah Ica sangat pucat pasi, seperti mayat. Ica pingsan selama 2 jam di UKS, dan disampingnya ada Syifa yang masih panic mondar-mandir. Syifa menelpon ke Adjia menceritakan kejadian Ica pingsan, lalu Adjia datang ke SMA Global Bangsa bersama Aghi dan akhirnya Icapun sadar.

“Icaa, kamu kenapa kok bisa pingsan sih? Kamu gak sarapan? Kamu kenapa?”
berbagai macam pertanyaan diajukan oleh Syifa saat Ica baru sadar.
“Iya Ca, kamu kenapa? Kamu sakit?” Tanya Adjia dan Aghi secara bergantian
“Ah aku gak tahu kenapa aku bisa pingsan, yang pasti kepala aku tadi sakit banget. Eh
Adjia sama Aghi kok bisa disini?” dengan wajah yang pucat namun keheranan
“Kita ditelpon sama Syifa. Soalnya kata Syifa, kamu bakal sadar kalau aku disini”
jawab Aghi sambil tersenyum
“Ih, Syifa! Kamu apaan sih. Pake ngomong kaya gitu segala sih!” lirih Ica sambil
menahan rasa sakit di kepalanya.
“Haha gak apa-apa kok kalo kamu kaya gitu. Berarti tandanya aku itu orang yang
memiliki pengaruh besar dikehidupan manusia, hahaha” balas Aghi sambil tertawa.

Merekapun akhirnya pulang namun yang disayangkan oleh Syifa kenapa Aghi gak nganterin Ica padahal jadi jalan buat Aghi yang suka sama Ica dan Ica yang suka sama Aghi untuk pacaran.

“Ghi! Kamu anterin Ica gih, kasian donk kalau dia aku anterin pakai angkot. Lama
sampainya. Ayoo sana!” ujar Ica sambil mendorong Aghi
“Eh gausah lagi, ntarnya malah ngerepotin. Aku naik angkot aja sama kamu Syif” tolak
Ica dengan halus. Wajah Ica dan Aghi sama-sama memerah dan malu-malu.
“Gapapa kok, ayo aku anter pulang aja. Supaya kamu cepet sampai rumah dan kamu
bisa cepet istirahat” jelas Aghi sambil menarik tangan Ica.

“degg” Ica merasakan detakan jantungnya tidak beraturan ketika tangannya dipegang oleh Aghi hatinya meloncat-loncat merasakan kebahagiaan yang tak terduga. Dalam hati Aghipun ia sangat merasa senang bisa pergi berdua lagi bersama Ica. Aghi meminjamkan jaketnya kepada Ica supaya Ica tidak merasa kedinginan meskipun Ica sudah menolaknya Aghi tetap memaksa.

Semenjak kejadian Ica pingsan, ia seringkali merasakan sakit kepala yang tak tertahan. Tanpa sepengetahuan orangtua dan teman-temannya, Ia memutuskan untuk memeriksakan kepalanya tersebut ke dokter, ia diberi resep obat yang lumayan mahal harganya. Setiap hari kepalanya semakin terasa sakit dan terlalu sakit sampai akhirnya terjadi sesuatu yang sangat tidak mengenakan.

Ketika jam pelajaran Agama Islam dipindahkan ke Masjid, Ica tidak ikut karena sedang berhalangan ia duduk sendiri di serambi masjid sekolahnya. Tiba-tiba rasa sakit itu datang sampai membuat Ica menangis sambil berlari ke kelasnya, mengambil obat. Sesampainya Ica dikelas ia langsung mengobrak-abrik isi tasnya dan mengeluarkan obat yang ia beli di apotik rumah sakit waktu itu, akan tetapi obat yang ia beli hanyalah sekedar obat pengurang rasa sakit, bukan obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya tersebut. Setelah meminum obat tersebut ia pergi lagi ke masjid untuk mengikuti pelajaran Agama Islam, ia memasukan obatnya kedalam saku rok seragam dengan terburu-buru ia menghapus air matanya yang menetes saat rasa sakit itu melanda. Setelah meminum obat tadi kepalanya telah terasa seperti biasa kembali.

Di koridor depan kelas Ica, si pemain bulu tangkis yang handal itu menemukan barang Ica yang jatuh. Ia mengambilnya secara diam-diam dan mencari tahu segala sesuatu tentang barang tersebut. Ternyata itu adalah benda yang cukup membuat orang tersentak, Iapun berkaca-kaca saat membaca penjelasan barang tersebut. Ia membuka Handphonenya, membuka kontak, “Ica-chan”, send message . “Ca, besok pagi-pagi kaka mau ketemu kamu, kita ketemu di kelas kamu ya, ber2 aja ada yang kaka mau omongin sama kamu. PENTING” send success. Hmm kira-kira ada apa yaa? Apa yang mau disampein sama si pebulu tangkis itu?

Paginya, Ica berangkat lebih awal dengan semangat yang memuncak-muncak karena tadi malam ia dinner bareng Aghi dengan suasana yang romantic, ooh so sweet. Sesampainya Ica di kelas ia menyimpan tasnya di bangku pojok paling belakang dan pergi ke luar kelas untuk menghirup udara yang segar dan sejuk di pagi hari mumpung sekolah masih sepi, jadi bisa bersemedi dulu hehehe.

“Ca, pindah di kelas yu!” panggil sesosok laki-laki pebulu tangkis itu.
“Eh ka Putra, ayo. Ada apa sih ka?” Tanya Ica sambil berjalan menuju kelasnya berdampingan dengan pebulu tangkis itu yang ternyata bernama Putra, Almer Hermawan Putra Elsa kaka kelas Ica sejak SMP yang menyukai Ica. Udah berkali-kali Putra nembak Ica sayangnya Ica ga ingin jadi pacar dia, tapi cuma ingin jadi adiknya Putra. Tapi, Putra gak berhenti berusaha ngedapetin Ica, dia selalu ngebikin Ica bahagia disamping Putra yang sangat menyayanginya.
“Engga, kaka mau nanya. Kamu punya penyakit ca?” Tanya Putra dengan hati-hati
“(degg) Ehmm emangnya kenapa ka? Kok nanya kaya gitu ka?” Ica kaget karena heran mengapa ka Putra bertanya seperti itu.
“Kaka nemuin ini waktu kamu keluar dari kelas waktu itu, ini obat punya kamukan? Kamu sakit apa?” desak Putra
“Mmm iya ka, aku sakit” jawab Ica dengan lemas dan menangis tertunduk.
“Kamu sakit apa Ca? jawab kaka dong” Putra mengguncang-guncang tubuh Ica sambil keheranan.
“aku.. aku.. radang otak ka”

Keadaan di kelas itu langsung hening selama beberapa menit. Ica tertunduk menangis, Putrapun sama demikian. Putra memeluk Ica dengan hangat. Mereka berdua berhenti menangis. Ica meminta Putra untun merahasiakan tentang penyakit yang diderita oleh Ica.

Sore ini Ica memiliki janji bertemu dengan Aghi di Taman Anggrek 2. Ica pergi kesana bersama Syifa tapi pulangnya masing-masing. Adjia mengantar Syifa pulang, Aghi mengantar Ica pulang ke rumahnya. Tapi, sebelum pulang Aghi mengajak Ica ke suatu tempat yang udaranya sejuk, tenang dan membuat hati kita tentram. Disituasi itu, Aghi terlihat Nampak serius namun masih memancarakan wajahnya yang cerah dan senyumnya yang khas, bikin hati orang deg-degan.

“Ca, apa yang kamu rasain disini?” Tanya Aghi sambil tersenyum
“Mmm, sejuk, sepi, bikin hati tenang dan tentram Ghi. Kamu sering ke tempat ini?”
jawab Ica dengan senyumnya yang paling manis.
“Ca..” panggil Ica
“Kenapa Ghi?” sahut Ica
“Aku…..Aku suka sama kamu Ca, aku sayang sama kamu Ca” tatap Aghi dengan serius
“Aghiii! Iih bercandanya gak lucu tau” sanggah Ica sambil mencubit pipi Aghi”
“Ica, please Ca aku serius tau. Aku sayang sama kamu lebih dari sekedar temen!” jelas
Aghi pada Ica.
“Oh maaf Ghi. Kirain aku kamu bercanda” kata Ica dengan nada merasa bersalah pada
Aghi
“jadi, jawabannya apa? Kamu mau jadi pacar aku?” Tanya Aghi sekali lagi pada Ica
“kasih aku waktu 3 hari, ya Ghi, Please!” pinta Ica dengan raut wajah yang ragu

Ica menceritakan apa yang terjadi disetiap harinya pada Ka Putra. Termasuk tentang kini Ica pacaran sama Aghi. Dan pastinya Ka Putra cemburu sekali saat tau hal itu.Sudah 29 hari Ica dan Aghi berpacaran. Mereka sangat kompak, serasi dan kocak. Untuk merayakan anniversary mereka yang pertama mereka akan dinner di sebuah restoran yang lokasinya berada dekat dengan Taman Anggrek 2.

“Icantik, besok jadi ya ketemu di Taman Anggrek 2 buat ngerayain hari jadian kita yang
sebulan” ulas Aghi di telfon.
“Iya Agsay jadi dong. Aku nunggu di depan jalan deket pohon besar yaa jam 4” jawab
Ica dengan semangat.
“oke sip! Aku berangkat dari warnet, kayak biasa yaa” akhir kata yang diucapkan oleh
Aghi pada saat berbicara di telepon tadi.

Keesokan harinya Aghi sudah bersiap-siap membawa hadiah untuk Ica. Begitupun Ica, Ica sudah berdandan cantik untuk Aghi. Ica mengirim sebuah pesan kepada Aghi “Agsay, aku berangkat sekarang ya. kamu hati-hati dijalan.” Ica berangkat ke Taman Anggrek 2 menggunakan kendaraan umum. Sampai di tempat yang sudah dijanjikan hujan turun dengan lebat akhirnya Ica berteduh disebuah warung kelontong yang ada di dekat pohon tersebut. 1jam..2jam.. Aghi tak juga datang. Hmm Aghi kemana ya? batin Ica. Sampai jam yang dijanjikan dengan restoran itu yaitu jam 8 malam Aghi gak datang juga. Di sms gak dibales, di telpon gak diangkat. Akhirnya Ica berjalan pulang mencari kendaraan yang bisa digunakan untuk pulang. Badannya basah diguyur hujan yang cukup lebat, namun ia masih melindungi hadiah yang ia bawa untuk Aghi supaya tidak terkena air hujan.

Disisi lain, Aghi sedang asyik didepan seperangkat PC operator WarNet miliknya dan keluarganya. Ketika ada sms dari Adjia yang mengajak Aghi untuk jalan bareng ke DuFan sama Ica dan Syifa. Ia baru tersadar akan janji yang dibuatnya dengan Ica beberapa jam lalu, bahwa ia akan bertemu dengan Ica jam 4 di Taman Anggrek 2 untuk merayakan hari spesialnya, dan ternyata ia sudah sangat telat untuk datang menemui Ica disana apalagi, sekarang sedang hujan lebat. Tapi tekadnya sudah bulat bahwa ia harus menjemput Ica supaya Ica tidak kehujanan terlalu lama. Aghipun menjalankan motornya dengan kencang membelah air hujan dijalanan kota Jakarta. Ketika ia hampir sampai di belokan gerbang Taman Anggrek 2, lapisan kabut semakin menebal dan lebatnya air hujan membuat jalanan semakin samar terlihat. Tiba-tiba dari arah berlawanan “Braakkk!!!” suara benda saling bertabrakan. 2 korban yang berada dijalan yang basah tersebut terbaring di tepi jalan dengan luka yang cukup parah. Diwajah mereka tersirat rasa kecewa yang amat mendalam namun juga sebuah senyuman yang mencoba tegar dengan kepedihan yang terasa. Kedua korban tersebut yaitu seorang laki-laki dan perempuan langusng dilarikan ke rumah sakit terdekat. Mereka ditangani dengan cekatan oleh para tim dokter. Namun “sayang nyawa korban perempuan itu tidak bisa diselamatkan, karena benturan dikepala dik Ica cukup keras, dan komplikasi dari penyakitnya juga yaitu radang otak” penjelasan dari dokter yang menangani Ica sebagai korban tabrakan. Ibu, Ayah dan semua orang yang ada disitu yang ada disitu sangat kaget akan penjelasan dokter karena mereka tidak mengetahui bahwa Ica memiliki penyakit parah seperti itu, kecuali Putra ia hanya menangis menyesali semuanya. Saat itu pula Ica dimakamkan di pemakaman keluarganya. Semua teman-temannya datang termasuk Ka Putra, Syifa, Adjia, Ardi kecuali Aghi. Ia masih terbaring di rumah sakit dengan keadaan tidak sadarkan diri.

Sepulang dari pemakaman Ica, Ka Putra, Syifa, Adjia, dan Ardi berkumpul di Rumah Sakit menunggu Aghi yang belum sadar. Tapi tak lama kemudian perawat keluar dari kamar Aghi, perawat memberitahukan bahwa Aghi sudah sadarkan diri. Ka Putra, Syifa, dan Ardi masuk ke ruangan itu.

“Aghi, udah jelas penglihatannya? Ini aku Syifa” Tanya Syifa begitu Aghi sadar.
“Iya udah lumayan. Cewek yang aku tabrak kemarin gimana? Mereka siapa? Lalu Ica
mana? Dia taukan aku kecelakaan? Kok dia gak nengok aku?” Tanya Aghi saat dia
sadar, namun ia merasakan keheranan. Tak ada seorangpun yang menjawab
pertanyaannya. Yang ada mereka malah menangis tertunduk.
“Aku Putra, kaka kelasnya Ica. Korban yang kemarin kamu tabrak gak bisa diselamatin karena benturan dikepala Ica cukup keras, dan komplikasi dari penyakitnya juga yaitu radang otak.” Papar Putra dengan memalingkan matanya.
“Hei, maksud kamu apa? Aku nanya tentang keadaan korban. Jangan disangkut pautin sama Ica dong!” bentak Aghi yang tidak tahu apa-apa.
“Tapi korban yang kamu tabrak kemarin itu Ica. Mastica Wini Aryanti pacar kamu! Dan sekarang Ica udah meninggal gara-gara penyakitnya dan benturan itu” bentak Putra juga.

Tak ada seorangpun yang berbicara diruangan itu. Semua terlarut dalam tangisnya yang menderu-deru. Aghi hanya bisa tertunduk lemas mendengar apa yang dikatakan Putra. Ia menyesali perbuatannya karena telah membuat Ica menunggu lama disore itu dengan hujan yang lebat. Aghi tak tahu harus berbuat apa untuk memohon maaf pada Ica. Dalam keadaan duka cita itu Putra memberikan secarik kertas yang harus dibaca oleh Aghi, Putra, Syifa, Adjia, Ardi.

Untuk yang tersayang,

Aghi, Kak Putra, Syifa, Adjia dan Ardi .

Selamat pagi semuaa. Ketika kalian membuka surat ini, tentunya aku sudah tidak di dunia kalian lagi, tapi tenang saja aku masih tetap di hati kalian. Apa kabar kalian hari ini? Apa yang akan kalian lakukan hari ini tanpa aku? Semoga, kalian tidak larut dalam kesedihan ya..
Untuk kasihku, Aghi :

Agsay, ini adalah terakhir kali aku manggil kamu sayang. Andai umur aku masih panjang aku pingin banget ngabisin sisa umur aku sama kamu orang yang paling ku cintai. Namun Tuhan berkehendak lain. Aku minta sama kamu jangan terlalu menyesali apa yang sudah terjadi, biarkan itu sebagai skenario lama kita. Semoga kamu bisa cepet-cepet dapat pengganti aku yaa.

Untuk kakakku sayang, Ka Putra :

Ka Putra, makasih ya udah mau ngejagain aku selama aku hidup. Makasih juga udah mau ngerahasiain penyakit aku ini. Maaf kalau cinta kakak belum sempet aku balas karena aku bukan yang tebaik untuk kakak. Aku sayang kakak

Untuk sahabatku, Syifa :

Syifaa makasih ya kamu udah mau jadi sahabat aku selama ini. Semoga kebaikan kamu menjadi tabungan di akhirat kelak. Kalau kamu punya sahabat baru jangan lupain aku yaa sayang

Untuk si bawel, Adjia :

Heh jangan bawel lagi yaa! Hahaha. Ini terakhir kali kamu baca tulisan aku. Aku minta kamu jagain Syifa, jangan kecewain dia karena dia orang yang aku sayang. Pastiin dia bahagia sama kamu, kalo engga aku bakal gentayangan di kamar kamu hahaha. (without love)

Untuk kawan sejatiku, Ardi :

Ardii, makasih ya kamu udah sering hibur aku. Kamu adalah orang terkocak yang pernah aku temuin dalam hidup aku. Cepet-cepet cari pacar dong biar bisa double-date sama Syifa.

Finally, aku udah gak sama-sama kalian dan aku sayang sama kalian semua makasih atas semuanya yaa .

With love,

Mastica Wini Aryani

Semua hanya menangis terdiam membaca surat peninggalan dari Ica. Putra mengakui bahwa ia mengetahui penyakit Ica dan merahasiakannya dari oranglain atas permintaan Ica. Kini yang ada hanyalah penyesalan dari semua yang menyayangi Ica. Setiap hari Aghi, Putra, Syifa, Adjia, Ardi berziarah ke makam Ica sambil bercerita tentang hari-harinya. Putra kini lebih pendiam, karena ia sangat merasa kehilangan Ica. Begitupun Aghi yang amat sangat mencintai Ica. Syifa masih dengan hidupnya yang mencoba tegar tanpa Ica. Ardi sekarang sudah menjadi cowok tulen yang sedang mencari cinta, meskipun telat. Mereka hanya bisa berharap yang terbaik untuk Ica diakhirat sana. “KITA SAYANG ICA” teriak Aghi, Putra, Syifa, Adjia dan Ardi Di Taman Anggrek 2 tempat terakhir kali Ica menjalani hidupnya.

Sabtu, 30 April 2011



disekolah ini aku menemukan sesosok kakak kelas yang sangat ku sayangi
diapun demikian, sama menyayangiku
tapi kami bingung harus menganggap apa?!
karna aku lebih tua dari dia
oke, saudara saja ~

baru beberapa bulan kenal dan bahkan belum setahun kita udah harus pisah lagi
maklum, kelas akselerasi jadi cepet belajar ya cepet lulus
tapi di sisilain aku sama dia sama sama ga pengen pisah
ga pengen kehilangan
tapi, mau gimana lagi? dia udah kelas 3 dan dia udah seharusnya lulus dari smp dan lanjut ke jenjang yang lebih tinggi

aku tau ini berat banget buat aku
karna aku ga mungkin bisa sampe sesayang itu sama kaka kelas
IMMA KRISTY NATHALIA
kaka kelas aku yang paling baik
yang paling lucu
yang paling friendship
yang paling enak diajak ngobrol
yang paling enak diajak curhat
dan pastinya yang paling bisa jaga rahasia

Teh Imma udah tau semua rahasia hidup aku
melebihi Diinar (maaf ya)
aku takut kalo misalkan 'ntar dia lulus
aku ga bisa lagi bercanda bareng dia
ngobrol bareng dia
ketawa bareng dia
pulang bareng dia
akku takut dia terlalu sibuk sampai ga bisa smsan lagi sama aku

tapi, untuk melawan itu semua kita harus nyiapin diri
harus ikhlas ..
harus ikhlas karna ini adalah hidup
dimana ada pertemuan,
pasti ada perpisahan
dan jangan kita sesali pertemuan itu
karna pertemuan itu kita bisa lebih menambah ilmu tentang segala hal termasuk kehidupan




>>> RAISATUL KAMILAH ROSIDI SAYANG IMMA KRISTY NATHALIA <<<